Diantara Saham Emiten Pelabuhan, Mana yang Jadi Rekomendasi Analis?
22/08/2022 0

JAKARTA – Kinerja sejumlah emiten yang punya bisnis terkait pelabuhan terbilang moncer di semester I 2022. Sayangnya, kinerja apik itu berbanding terbalik dengan pergerakan saham emiten bersangkutan. Ambil contoh, PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW) yang pendapatannya melesat 179,80% secara year on year (yoy) menjadi US$ 2,91 juta di semester I 2022. KARW mampu membalikkan kerugian dari US$ 1,22 juta menjadi laba US$ 291.465 pada semester pertama 2022.

 

Namun harga saham KARW secara year to date (ytd) masih memerah 41,61%. Meski pada perdagangan Jumat (19/8) saham KARW menguat 1,27% ke harga Rp 80 per saham. Nasib PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) tak jauh berbeda. Pendapatan PORT naik 5,24% menjadi Rp 552,40 miliar di paruh pertama 2022. PORT juga berhasil memangkas kerugian hingga 68,47%, dari Rp 7,93 miliar menjadi Rp 2,5 miliar per Juni 2022.

 

Tapi harga saham PORT masih melemah 9,23% jika dihitung sejak awal tahun ini. Meski, sudah ada tren kenaikan secara terbatas. Pada perdagangan Jumat (19/8), harga saham PORT menanjak 1,72% ke harga Rp 590 per saham.

Hasil serupa juga dialami duo emiten grup Pelabuhan Indonesia (Pelindo). PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) menumbuhkan pendapatan 8,94% menjadi Rp 428,19 miliar dan meningkatkan laba tahun berjalan 7,01% ke angka Rp 64,70 miliar di semester I 2022.

Namun, dari awal tahun harga saham IPCM tercatat masih turun 2,04%. Dalam sebulan terakhir, harga saham IPCM hanya naik 2,13%. Pada Jumat (19/8), saham IPCM tak bergerak di level Rp 288.

Nasib lebih baik dialami PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) yang laba tahun berjalannya meroket 206,20% menjadi Rp 45,41 miliar di semester I 2022. Dari sisi top line, pendapatan operasi IPCC naik 29,59% ke angka Rp 302,33 miliar.

Pergerakan saham IPCC sedikit lebih baik dengan naik 8,74% secara ytd. Pada perdagangan Jumat (19/8), saham IPCC menguat 2,75% ke Rp 560 per saham.

Pergerakan saham emiten pelabuhan tersebut masih cenderung sideways atau naik secara terbatas. Berbeda nasib dengan emiten logistik atau pelayaran yang harga sahamnya mampu melaju kencang.

Melihat hal ini, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya punya catatan. Menurutnya, kondisi itu terjadi karena emiten pelabuhan masih minim aksi korporasi yang bisa menarik minat pelaku pasar.

Selain itu, kapitalisasi pasar emiten pelabuhan juga terbilang mini. “Operator pelabuhan minim aksi korporasi dan market cap-nya relatif rendah dibandingkan emiten logistik lainnya,” kata Cheryl saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/8).

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menambahkan, pelaku pasar pun tampaknya masih wait and see mencermati perkembangan sektor ini. Katalis negatif bisa datang dari kenaikan harga bahan bakar serta lonjakan inflasi di Indonesia maupun di negara lain.

Sebab, hal itu bisa memberikan dampak terhadap aktivitas perdagangan ekspor impor di pelabuhan. “Saya pikir sektor ini cenderung lagging sehingga hasil kinerja belum terlihat di harga sahamnya,” sebut William. Senada, Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menyoroti pergerakan saham emiten di sektor pelabuhan ini cenderung sideways dengan volume yang tidak begitu besar. “Kami memperkirakan, apabila dibandingkan dengan emiten pelayaran yang demand-nya tinggi dan waktu lalu terkena shortage, maka hal tersebut wajar adanya,” kata Herditya. Meski begitu, dari sisi bisnis, analis melihat ada ruang yang terbuka lebar bagi emiten pelabuhan mendongkrak kinerjanya di tahun ini.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memandang bisnis di sektor ini menjadi salah satu yang menggiurkan. Katalis positif datang dari berlanjutnya pemulihan ekonomi, meningkatnya aktivitas perdagangan, dan dorongan dari lonjakan harga komoditas. “Peluangnya untuk tumbuh tetap besar. Ukuran dari pelabuhan akan menjadi salah satu faktor penilaian (investor),” ujar Nico.

William punya pandangan serupa. Saham emiten pelabuhan pun masih layak dikoleksi. William menjagokan saham duo emiten Grup Pelindo, dengan rekomendasi buy saham IPCC memperhatikan support Rp 470 dan resistance pada Rp 580.

Ia juga merekomendasikan buy saham IPCM mencermati support Rp 280 dan resistance pada Rp 314. “Prospek bisnis emiten operator pelabuhan & pendukungnya cukup menarik. Peluang menumbuhkan kinerja di sisa tahun 2022 ini masih terbuka lebar,” kata William.

Cheryl juga menjagokan saham IPCC dan IPCM. Pelaku pasar masih bisa mengoleksi dengan strategi buy on weakness untuk target penguatan di 5%. Sedangkan bagi Herditya, rata-rata emiten di sektor ini masih bisa dilakukan hold. Spekulasi beli dapat ditujukan untuk saham IPCC dengan support di Rp 540 dan resistance pada Rp 560. Sedangkan untuk IPCM, cermati support Rp 280 dan resistance di Rp 294. Kemudian, support PORT ada di area Rp 555 dan resistance pada Rp 605. Lalu KARW punya support di Rp 77 dan resistance di Rp 81 per saham.

Editor: Khomarul Hidayat |  Reporter: Ridwan Nanda Mulyana

Leave a comment